Pernah, aku mencintai sebuah cinta. Begitu mencintainya, sampai-sampai ketika Dia berkehendak berbeda, hatiku lumpuh separuhnya.
Pernah, aku mencintai sebuah cinta. Begitu mencintainya, sampai-sampai ketika Dia menghujani kami dengan kebahagiaan, hati kami lupa harus berterimakasih kepada siapa.
Belum pernah aku mencintai sebuah cinta. Begitu mencintai, sampai-sampai Dia bisa kucintai dan mencintaiku lebih dari aku mencintai diriku sendiri.
MencintaiNya itu seperti titik terjauh.
Aku harus berjuang melawan diriku sendiri agar langkahku tak terputar arah, kemudian justru menjauh.
Namun, mencintaiNya juga adalah titik terdekat.
Di mana aku tak perlu berjuang apa-apa hanya untuk merasa dicintai.
Banyak pintaku yang enggan diberikan olehNya. Namun lebih banyak lagi yang tak pernah kuminta, Dia berikan dengan cuma-cuma.
Banyak yang kusayangi justru lebih pintar membenci. Namun lebih banyak lagi yang tak pernah kusayangi, namun ternyata Dia membuat mereka menyayangiku.
Banyak hal yang seringkali berjalan tidak seperti keinginanku semula. Namun lebih banyak lagi hal yang tak pernah kuinginkan, namun Dia memberi jalan yang lebih baik dari yang kubayangkan.
Betapa Dia begitu murah hati.
MencintaiNya tak pernah sia-sia.
Dia tak pernah membuatku kecewa, Dia hanya memberiku jalan yang lebih baik, meski sulit kuterima pada awalnya.
Dia tak pernah menyakitiku, Dia hanya mengingatkanku, agar aku tak menyakiti diriku sendiri.
Dia tak pernah lupa mengabulkan keinginanku, Dia hanya mencarikanku pilihan menuju bahagia yang lebih tinggi.
Dia tak pernah meninggalkanku. Aku saja yang seringkali lupa hadirNya yang selalu setia menghadirkanku.
Begitulah Dia, Tuhanku.
repost from whatsapp message.